Desa Penglipuran Desa Tradisional Bali
Desa adat Penglipuran berlokasi di kabupaten Bangli yang berjarak 45 km dari kota Denpasar. Desa adat yang juga menjadi obyek wisata ini sangat mudah dicapai. Karena letaknya yang berada di Jalan Utama Kintamani – Bangli. Suasananya asri dan tentram ketika kita mulai menjejakan kaki. Letaknya tidak jauh dari Denpasar, cukup 45 menit bila menggunakan kendaraan pribadi atau umum. Namun jika telah melewati gerbang, mobil tak lagi tampak. Hanya pejalan kaki dan sepeda motor yang bisa melalui jalan utama.
Kawasan ini telah didaulat menjadi desa adat Bali sejak tahun 1992. Hal itu berangkat dari penampilan fisik desa dan budayanya yang tidak berubah, meskipun telah tersentuh teknologi.
Akan tetapi, jangan bayangkan penghuninya adalah sekumpulan orang-orang primitif. Anak-anak muda desa hampir semuanya mengenyam pendidikan tinggi hingga kuliah. Namun mereka tetap bangga bisa melestarikan adat dan budayanya.
Selain anak-anak muda yang kuliah dan sekolah, sebagian besar penduduk desa memiliki mata pencaharian bertani serta berternak. Sisanya adalah pedagang, pegawai dan pengrajin. Mereka hidup dalam gotong royong dengan banyak aturan unik yang disebut ”awig-awig”.
Undang-undang desa inilah yang mengatur sendi kehidupan mereka. Seperti larangan membuang hal-hal nista dan kotor di tempat umum. Tidak boleh membawa limbah keluarga ke got umum. Dan anjuran setiap warga harus membuat sistem pembuangan limbah sendiri di pekarangan masing-masing. Jika melanggar maka akan dikenakan denda minimal Rp 50,-.
Akibatnya, tidak terlihat bak sampah bertebaran. Mereka mampu mengatur kotoran maupun sampah dengan baik. Membagi menjadi dua bagian dengan perlakuan berbeda. Untuk sampah kering akan langsung dibakar sedangkan sampah basah seperti sisa makanan bisa dijadikan pakan ternak. Kebiasaan hidup bergotong royong dan mencintai kebersihan serta memiliki budaya malu yang tinggi menjadikan desa Penglipuran bersih dan nyaman.
Hal unik lainnya adalah adanya makam desa. Sebuah areal yang terdiri dari 3 bagian tanpa nisan dan rata dengan tanah. Bagian pertama diperuntukan bagi jasad anak-anak yang berusia 12 tahun atau kurang. Di sisi lainnya untuk yang meninggal dengan normal (sakit). Dan bagian untuk almarhum yang meninggal dengan tidak wajar, seperti dibunuh atau kecelakaan. Upacara Ngaben diadakan hanya untuk mengantarkan roh orang meninggal kepada Sang Pencipta.
Tentang Penglipuran
- Ada beberapa arti Penglipuran. Yang pertama artinya relaksasi karena sejak zaman kerajaan sudah menjadi tempat peristirahatan. Namun ada juga yang bilang berasal dari kata Pengeling Pura, yang berarti sebagai tempat yang suci untuk mengingat para leluhur.
- Poligami tidak diperbolehkan di desa ini. Jika ada penduduk yang berani melakukannya, meskipun merasa dapat berlaku adil, mereka akan dikucilkan. Dan hanya boleh melewati jalan-jalan tertentu di desa, tidak boleh sembahnyang di pura dan pernikahannya tidak direstui oleh pemuka adat.
- Menyusuri jalan utama desa ke arah selatan, anda akan menjumpai sebuah tugu pahlawan yang tertata dengan rapi. Tugu ini dibangun untuk memperingati serta mengenang jasa kepahlawanan Anak Agung Gede Anom Mudita atau yang lebih dikenal dengan nama Kapten Mudita, yang gugur melawan penjajah Belanda pada 20 November 1947.
Di masa mendatang masyarakat desa Penglipuran sedang mengusahakan penyediaan MCK (Mandi Cuci dan Kakus) berstandar internasional. Hal ini berkaitan dengan kebutuhan wisatawan akan pariwisata yang sehat. Berada sehari atau dua hari di desa ini akan membuat pikiran segar. Belajar tentang kesederhanaan dan kesahajaan penduduk desa sungguh bermanfaat. Suasana baru bagi paru-paru yang biasa tersiksa asap knalpot. Sebuah ilmu yang susah didapat dari deru kesibukan perkotaan.
Desa Adat Penglipuran ini termasuk desa yang banyak melakukan acara ritual, sehingga banyak sekali acara yang diadakan didesa ini seperti pemasangan dan penurunan odalan, Galungan dll. Memang Saat yang sangat tepat untuk datang kedesa ini adalah pada acara tersebut berlangsung, sehingga kita dapat melihat langsung keunikan dan kekhasan dari desa penglipuran ini. Walaupun anda tidak sempat datang pada saat acara tersebut diatas, anda dapat menikmati suasana desa pada sore hari. Karena pada saat sore umumnya penduduk desa keluar rumah setelah selesai melakukan aktifitas rutin mereka dipagi dan siang hari, merek keluar untuk berkumpul bersama sama penduduk desa yang lain dan para pria pada saat sore hari mengeluarkan ayam jago kesayangan mereka dan tidak jarang mereka melakukan tajen/adu ayam tetapi tanpa pisau dikakinya. Sambil menunggu datangnya senja anda dapat menikmati Bubur Ayam diwarung Pak Made yang sangat bersih dan murah meriah dan berbaur bersama penduduk desa adat penglipuran merupakan pengalaman yang tidak akan saya lupakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar